Senin, 04 Mei 2015

Tana Toraja, Sulawesi Selatan Indonesia












Di Tana toraja mayat tidak dikubur melainkan di letakkan didalam tongkonan (rumah adat) diacara tsb juga diadakan pemotongan kerbau. Selain itu juga kita dapat mengunjungi bermacam jenis pemakaman disini seperti di ‘Kambira’ mayat bayi di pohon, ‘Batu tumonga’ mayat dibatu dan rantepao mayat digoa,
Dan Konon disebuah gua di desa Sillanang sejak tahun 1905 telah ditemukan mayat manusia yang utuh, tidak busuk sampai sekarang. Mayat itu tidak dibalsem seperti yang dilakukan orang-orang Mesir Purba bahkan tidak diberi ramuan apapun. Tapi bisa tetap utuh. Di samping mayat yang anti busuk, ada pula mayat manusia yang bisa berjalan diatas kedua kakinya, bagaikan orang hidup yang tidak kurang suatu apapun tapi jangan salah berpikir maksud mayat berjalan ini, dimana dalam perjalanan itu ia tidak bisa sendirian, harus ditemani oleh satu orang yang hidup yang mengawalnya, sampai ketujuan akhir yaitu rumahnya sendiri. Mengapa harus demikian?
ceritanya begini. Orang-orang Toradja biasa menjelajah daerahnya yang bergunung-gunung dan banyak ceruk itu hanya dengan berjalan kaki. Dari zaman purba sampai sekarang tetap begitu. Mereka tidak mengenal pedati, delman, gerobak atau yang semacamnya. Nah dalam perjalanan yang berat itu kemungkinan jatuh sakit dan mati selalu ada.
Supaya mayat tidak sampai ditinggal didaerah yang tidak dikenal (orang Toradja menghormati roh setiap orang yang meninggal) dan juga supaya ia tidak mengusahkan manusia lainnya (akan sangat tidak mungkin menggotong terus-menerus djenazah sepandjang perdjalanan jang makan waktu berhari-hari), maka dengan satu ilmu gaib, mungkin sejenis hipnotisme menurut istilah jaman sekarang, mayat diharuskan pulang berjalan kaki dan baru berhenti bila ia sudah meletakkan badannya didalam rumahnya sendiri.


http://terungkaplagi.blogspot.com/2014/05/misteri-pengendalian-mayat-berjalan-di-tana-toraja.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar