Sabtu, 02 Mei 2015

Padang Buang Anak di Belitung













Padang Buang Anak adalah nama sebuah tempat/ padang di Belitung. Padang ini tidak begitu jauh dari puncak tertinggi Pulau Belitung, yaitu Gunung Tajam. Dahulu, saat pembangunan belum begitu maraknya di kawasan ini, ada perasaan ganjil (kalau tidak mau saya bilang berkesan seram) saat melewati area ini.
Hal ini dikarenakan bahwa Padang Buang Anak memiliki cerita tentang seorang perempuan yang kehilangan bayinya namun masyarakat tetangganya sudah terlanjur menghakimi bahwa perempuan tersebut membuang banyinya disebuah padang pada saat Belitung dilanda kemarau panjang dan padang ini sejak saat itu hingga detik ini – oleh masyarakat Belitung – disebut dengan nama Padang Buang Anak!
Berikut ini adalah cerita dan atau legenda yang diwariskan turun termurun tentang Padang Buang Anak:
Sekitar tahun 1300 silam, konon katanya Belitung pernah dilanda musim kemarau yang sangat panjang. Sangat sulit menemukan air dan akibatnya masyarakat Belitung menjadi sangat menderita karena kemarau panjang tersebut. Dalam cerita ini tersebutlah nama seorang wanita bernama Mak Dambe. Di suatu hari saat kemarau panjang sedang melanda tersebut, dia sedang berjalan perlahan dalam perjalanan panjangnya yang sangat melelahkan mencari sumber air. Dia turut membawa serta bayinya yang baru lahir dan gayung yang terbuat dari tempurung kelapa. Dia telah mencari air selama setengah hari, akhirnya ia mencapai kaki Gunung Tajam. Namun, masih tidak menemukan air, sementara bayinya menangis keras.
Karena ia terlalu lelah dan haus, Perempuan bernama Mak Dambe ini pun akhirnya beristirahat dengan duduk di atas batu dan terus melihat keseliling dengan harapan akan menemukan air. Tidak lama kemudian, dia melihat kura-kura merangkak dari batu tempat ia duduk. Lalu ia memutuskan untuk mengawasi kura-kura itu, mungkin itu bisa membantunya menemukan sumber air.
Mak Dambe kemudian membuat lingkaran dengan batu-batu besar di tanah dan meninggalkan bayinya di dalam. Setelah itu dia mulai mengikuti jejak kura-kura tersebut. Akhirnya, kura-kura membawanya ke sebuah lembah di mana air mengalir keluar dari celah batu besar. Dia sangat senang dan lega. Dahaganya dengan meminum sedikit air menjadi hilang. Setelah merasa cukup, ia tiba-tiba menyadari bahwa ia harus segera kembali ke tempat ia meninggalkan bayinya. Butuh satu jam lama untuk kembali ketempat ia meninggalkan bayinya, sementara matahari sudah hendak terbenam. Mak Dambe, harus bergegas menemuai bayinya sebelum matahari terbenam!
Ketika ia kembali, ia melihat bahwa bayinya sudah tidak ada lagi. Ada ceceran darah dan jejak kaki binatang. Karena khawatir dengan keadaan bayinya, Mak Dambe menelusuri jejak kaki binatang tersebut. Sayangnya, dia tidak bisa menemukan bayinya meskipun dia telah masuk ke dalam hutan. Mak Dambe pun mulai menangis dan pulang dengan sedihnya serta perasaan kacau balau.
Tetangga Mak Dambe sangat terkejut setelah mendengar apa yang dikatakannya. Sejak kejadian itulah, orang-orang menamai tempat itu sebagai Padang Buang Anak!


http://biondyfunkerskrt.blogspot.com/2012/01/padang-buang-anak-di-belitung-menurut.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar