Jembatan Tukad Buleleng yang menghubungkan Desa Bakung dengan Desa Sari
Mekar/Runuh ini dikenal sangat angker. Pun diyakini merupakan Pelintasan
Banaspati Raja. Pengendara yang tak pernah menghaturkan sesajen dan berani berbuat
tidak senonoh, akan diberi peringatan bahkan pelajaran pelajaran.
Di balik keangkerannya itu, penguasa
jembatan ini dikenal bares (pemurah).
Pasalnya banyak krama yang memohon dengan tulus, tercapai keinginannya. Itu
terbukti banyaknya krama yang nawur
sesangi (membayar kaul) mulai dari pajeng, kain putih kuning,
bahkan sampai babi guling.
Seperti dijelaskan Jro Mangku Nyoman
Sumendra, pria kelahiran tahun 1959 ini ketika ditemui di rumahnya di Banjar
Apit Yeh, Dusun Delod Margi, Desa Sari Mekar, Sukasada, Buleleng.
Jembatan Tukad Buleleng itulah sebuah nama
sungai yang menghubungkan antara Desa Bakung dengan Desa Sari Mekar/Runuh,
Sukasada, Buleleng ini dikenal sangat angker. Pasalnya banyak kejadian aneh
mewarnai perjalanan krama yang melewati tukad ini. Di sini terdapat dua buah
palinggih yang diyakini stananya penguasa jembatan ini.
Jalan menuju jembatan cukup merepotkan,
karena baik dari arah barat maupun dari arah timur, krama harus melewati jalan
yang menurun disertai tikungan tajam. Pada musim hujan jalan ini sangat licin,
sehingga krama harus ektra hati-hati, terutama mereka yang baru pertama kali
melewati jembatan ini.
Dulu di sebelah selatan jembatan, adalah
bekas lokasi kuburan. Sementara jika pelintas datang dari arah barat di sebelah
utara jembatan, menganga jurang dengan kedalaman kurang lebih sekitar 50 meter.
Di bawah jurang terdapat sebuah palinggih yang dikenal sangat angker karena
diyakini sebagai perkampungan makhluk halus sejenis Wong Samar, Memedi, dan
lainnya.
Memang jika dilihat dari atas jembatan, di
dasar jurang itu dipenuhi rimbunnya pohon bambu dan pepohonan jenis lainya yang
cukup rindang. Sepintas, memang tidak ada yang istimewa dari tempat ini, tetapi
bila dicermati dan semakin lama berada di tempat ini, aura gaib semakin kuat
mencengkram. Kondisi jembatan yang sudah tua, perlu lebih berhati-hati melewati
jembatan ini.
Apabila krama kebetulan melewati jembatan
ini, sebaiknya jangan berlama-lama melihat ke dasar sungai, karena kekuatan
magis dari dasar sungai ini mampu menyedot dan menarik pikiran seseorang,
sehingga jatuh ditarik kekuatan magis itu.
Di sebelah barat jembatan terdapat sebuah
batu dihiasi kain poleng (hitam-putih).
Batu ini oleh sebagian penekun spiritual atau orang yang sering bergelut di
dunia nisakala, meyakini batu itu merupakan tempat pertemuan para makhluk gaib
penunggu jembatan itu.
Di sekitar lokasi batu ini terdapat pohon
kayu sonokeling sebagai
tempat bermainnya para rarencang Ida Bhatara yang berstana di Palinggih yang
ada di sebelah barat jembatan.
Pantauan TBA di lokasi, setiap orang yang
melewati tempat ini tak lupa menghaturkan rarapan atau canang sari serta tak
lupa membunyikan klakson kendaraannya sebagai pertanda memohon izin melewati
jembatan ini.
https://baliaga.wordpress.com/2009/12/05/misteri-jembatan-tukad-buleleng-di-sukasada/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar